Kamis, 02 Oktober 2014

makalah FBM

hai sobat n saudaraku ,,, dimanapun berada,,

kali ini saya akan berbagi pengalaman dan pengetahuan yang saya pernah dapatkan pada anda,, ya ini dulu adalah makalah saya sewaktu mata kuliah terkait sedang saya pelajari,,,
lumayan bagus lo point dari dosennya,,, makalah terbaik hehe... (bukan bangga,, tapi senang) :)
jadi buat anda semua,, yang ingin copy boleh,, tapi usahain edit lebih baik lagi ya,, mudah-mudahan bisa . KARENA disini saya hanya muat kontent pokok aja,, yang lain silahkan kembangkan pemikiran anda. OK

A.    Functional Based Manajgement (FBM)
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi atau FBM telah dikenal dari tahun 1900-an dan masih secara luas digunakan baik dalam sektor manufaktur maupun jasa. Model umum untuk sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsional ditunjukkan dalam gambar berikut ini. (Hansen Mowen, 2006:57)

            Tinjauan biaya FBM dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan ke unit-unit fungsional dan kemudian ke produk. Dalam pembebanan biaya, digunakan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak, akan tetapi dalam sistem FBM penelusuran penggerak hanya menggunakan penggerak produksi (tingkat unit), pengukuran konsumsi sangat berkorelasi dengan keluaran produksi. Jadi, produk unit atau penggerak yang saling berkorelasi dengan unit yang di produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, material langsung dan jam kerja mesin adalah hanya penggerak yang di asumsikan penting.
            Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan sistem produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai pembiayaan berdasarkan produksi atau fungsional (Functional Based Costing - FBC). Produksi atau penggerak tingkat unit dimana FBC sering tergantung padanya adalah bukan satu satunya penggerak yang menjelaskan hubungan sebab akibat. Penggerak selain dari penggerak produksi yang menggambarkan hubungan sebab akibat dianggap sebagai penggerak tingkat non unit.
            Tujuan pembiayaan produk dari pembiayaan berdasarkan funsional dapat dipenuhi dengan pembebanan biaya produksi untuk persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal. (Hansen, Mowen, 2006: 55-57)
            Jadi, penulis berkesimpulan bahwa sistem FBM merupakan sistem yang dianggap dan dinilai lebih baik daripada sistem tradisional yang dahulu digunakan. Perkembangan teknlogi dan pengetahuan menyebabkan semakin akuratnya sistem yang dimodifikasi oleh praktisi dan akademisi.

B.     Activity Based Management (ABM)
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas atau ABM merupakan sistem yang lebih baru. Sistim akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas juga digunakan secara luas dan manfaatnya adalah untuk peningkatan. Contoh sistem berdasarkan aktivitas ditemukan dalam industri medis ( seperti, rumah sakit dan laboratorium medis), industri keuangan (seperti bank, dan bursa saham), industri transformasi (seperti, penerbangan dan kereta api), serta dalam semua jenis manufaktur (seperti, perusahaan eloktronik dan mobil). (Gorisson, dkk, 2012:310)

        elemen model ABM adalah aktivitas, biaya dilacak untuk aktivitas dan kemudian ke produk. Aktivitas-aktivitas denga tujuan umum dikelompokkan bersama satu bentuk proses, sebagai contoh yaitu pembelian barang, penerimaan barang, dan pembayaran barang yang diterima adalah aktivitas mayoritas yang menggambarkan proses pembelian persediaan.
            Dalam pembiayaan bedasarkan aktivitas biaya dilacak untuk aktivitas dan kemudiaan produk. Jadi pembebanan biaya berdasarkan aktivitas menekankan penelusuran melebihi dari alokasi dalam kenyataannya, itu bisa dinamakan sebagai penelusuran yang intensif. Penggunaan kedua penggerak unit dan non unit meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, mutu keseluruhan dan informasi biaya yang relevan. Sebagai contoh, pertimbangkanlah pembebanan biaya aktivitas “bahan mentah bergerak dan sebagian produk jadi dari satu point ke point lain dalam suatu pabrik”. (Hansen Mowen, 57)

C.    Perbandingan Sistem Manajemen Biaya Berdasarkan Fungsional dengan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

Berdasar fungsional
Berdasarkan aktivitas
1.      Penggerak berdasarkan unit
2.      Intensif alokasi
3.      Pembiayaan produk sempit dan kaku’
4.      Fokus pada pengelolaan biaya
5.      Informasi aktivitas sedikit
6.      Maksimalisasi kinerja unit individual
7.      Penggunaan ukuran kinerja finansial
1.      Penggerak berdasarkan unit dan non unit
2.      Intensif dalam penelusuran
3.      Pembiayaan produk luas dan fleksibel
4.      Fokus pada pengelolaan aktivitas
5.      Informasi aktivitas terinci
6.      Maksimalisasi kinerja sistem meluas
7.      Penggunaan baik ukuran kinerja finansial maupun non finansial
Tabel 1. Perbandingan antara Sistim Manajemen Biaya Berdasarkan Fungsional dan Aktivitas (Hansen Mowen, 59)

A.    Activity Based Costing (ABC)
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti, sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang menggunakan ABC memiliki dua sistem biaya yaitu sistem biaya resmi yang disiapkan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas. hal ini dapat digunakan untuk memperoleh keputusan yang secara potensial dapat mempengaruhi biaya tetap sebagaimana juga pada biaya variabel . (Gorison, dkk, 2013:312)
Sistem penentuan harga produk berbasis aktivitas (ABC) adalah sebuah sisitem yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas yang menyebabkan dibebankan produk. ( Krismiaji, 2002:123)
Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa.  (Riadi Budiman, 2012:19)
Sistem penentuan biaya berbasis aktivitas (Activity Based Costing) menerapkan dukungan pabrik (misalnya overhead pabrik) biaya untuk output untuk dasar kegiatan yang dilakukan untuk setiap produk yang dihasilkan. Artinya, ABC mencoba untuk menentukan biaya dukungan manufaktur ke produk berdasarkan tuntutan sumber daya atau konsumsi sumber daya untuk masing-masing output. Untuk mencapai hal ini sistem ABC menggunakan seperangkat langkah-langkah kegiatan yang lebih luas, baik terkait volume dan terkait non volume, dalam proses alokasi biaya. (Adward, dkk :349)
Pendekatan berdasarkan aktivitas telah muncul dalam lingkungan dunia bisnis akhir-akhir ini karena menggunakan biaya pul yang lebih banyak dan pengukuran aktivitas yang lebih unuk untuk dapat memahami lebih baik mengenai biaya pengaturan dan menjaga keragaman produk. Aktivitas adalah kegiatan apapun yang mengakibatkan komsumsi bahan baku overhead ada dua jenis ukuran aktivitas yaitu penggerak transaksi (transaction driver) dan penggerak durasi ( duration driver). (Gorison, dkk, 2013:315)
Penggunaan sistem ABC menurut Penelitian Dian Indriana, dikarenakan Sistem akuntansi biaya tradisional dikritik sebagai sistem yang tidak dapat menyajikan informasi yang akurat tentang harga pokok produk. Ketidaktepatan informasi yang disajikan tersebut menyebabkan ketidaktepatan manajemen dalam pengambilan keputusan. Lebih luas lagi hal tersebut akan berakibat perusahaan antara lain:
  1.  Tidak dapat membedakan mana langganan yang dapat menguntungkan dan mana yang tidak
  2.  Tidak mengeti mana produk yang dapat mendatangkan keuntungan mana yang tidak
  3.  Keliru dalam mengambil keputusan membuat atau membeli
  4.  Memproduksi barang yang tidak dapat bersaing di pasar
  5.  Merancang struktur organisasi yang tidak tepat.

Tetapi bukannya sistem tradisional tidak mempunyai sisi yang baik, dalam beberapa hal kebaikan sistem tradisional masih diperlukan, khususnya pada kondisi-kondisi tertentu. Sistem tradisional mempunyai kekuatan pada kesederhanaan konsepnya. Pada kondisi dimana perusahaan masih mempunyai upah langsung tinggi, produknya tidak begitu banyak dan tidak begitu bervariasi baik dalam ukuran maupun volumenya, serta proses produksi tidak kompleks, sistem tradisional masih menunjukkan keunggulan. Maksudnya dengan cara yang sederhana, informasi yang dihasilkan oleh system tradisional tidak akan berbeda sekali dengan system ABC yang agak sedikit rumit. (Jurnal Penelitian, Vol. 5)
Desain ABC difokuskan kepada kegiatan yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa pembebanan biaya overhead dengan cara tradisional tidak mampu mengalokasikan biaya aktivitas yag akurat, berbeda dengan sistem ABC (Riadi Budiman, 2012).

1.      Perbandingan Penentuan Harga Pokok antara Metode ABC Dengan Konvensional
Klasifikas aktivitas merupakan salah satu pembeda utama antara sistem konvensional dengan sistem ABC. Dalam sistem konvensional permintaan atau konsumsi overhead oleh setiap jenis produk hanya dijelaskan atas dasar unit based cost driver saja. Dengan demikian, dalam sistem konvensional biaya dalam batch-level, dan facility-level dikelompokkan sebagai biaya tetap yaitu biaya yang tidak berubah jika volume produksi berubah. Sistem biaya berbasis unit mengalokasikan biaya tetap kepada masing-masing produk dan kemudian menambahkan biaya overhead variabel. Dari perspektif sistem ABC biaya variabel ditelusuri secara tepat ke masing-masing produk. Biaya yang berhubungan dengan unit based cost driver adalah biaya-biaya yang secara tradisional disebut dengan biaya variabel. (Krismiaji, 133-134)
Terdapat tiga karakteristik penting demi kesuksesan penerapan abc. Pertama inisiatif untuk menerapkan ABC harus didukung oleh manajemen puncak. Karena kepemimpinan mereka dapat memotifasi seluruh karyawan agar melakukan perbuhanan. Kedua manajemen puncak harus memastikan bahwa data abc berhubungan bagaimana karyawan di evaluasi dan diberi hadiah. Ketiga tim terdiri atas perwakilan dari berbagai departemen untuk menyumbang ide dan pelaksanaan sistem ABC. (Gorison, dkk :16)
Akuntansi menajemen berdasarkan aktivitas menawarkan keuntungan yang berarti, termasuk mmperbaiki keakuratan pembiayaan produk, memperbaiki pengambilan keputusan, meningkatkan perencanaan strategis, dan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola aktivitas. Selain itu, sistem berdasarkan aktivitas secar khusus sesuai untuk mendukung saasaran perbaikan berkelanjutan tujuan yang penting bagi perusahaan untuk bersaing secara global. (Hansen Mowen, 59) 

   
Pembeda
Berbasis Fungsional
Berbasis Aktivitas
1.      Penggerak

2.      Sifat
3.      Pembedaan biaya produk
4.      Fokus
5.      Sifat informasi aktivitas
6.      Kinerja

7.      Penilain kinerja
Berbasis unit

Alokasi
Sempit dan kaku

Mengelola biaya
Jarang menyebar

Maksimalkan kinerja individu
Menggunakan ukuran kinerja keuangan
Berbasis unit dan non unit
Penelusuran
Luas dan fleksibel

Mengelola aktivitas
Detil atau rinci

Maksimalkan kinerja sistematik
Menggunakan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan
Tabel. 2 Ikhtisar Perbandingan antara
Sistem Manajemen Biaya Tradisional dan Kontemporer
(Hansen Mowen, 59)

Hansen Mowen dalam bukunya akuntansi manajerial membandingkan biaya produk berdasarkan fungsi dan aktivitas.  perbandingan ini menggambarkan pengaruh penggunaan penggerak aktivitas secara jelas hanya berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead. Pembebanan biaya berdasarkan aktivitas merefleksikan pola konsumsi overhead secara lebih baik sehingga biaya lebih akurat. Dalam lingkunagn yang memiliki keanekaragaman produk, abc menjanjikan keakuratan yang lebih baik dan keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar. Selain itu sistem abc menekankan penelurusan langsung dan penelusuran penggerak (hubungan sebab akibat), sedangkan sistem biaya tradisional cendrung gencar dalam alokasi (mengabaikan hubungan sebab akibat). (2009:174-175)
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa Activity Based Costing System berperan dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat pencapaian profitabilitas perusahaan, karena sistem aktivitas ini memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik dibadingkan dengan menggunakan metode konvensional dalam meningkatkan profitabilitas pengambilan keputusan. (Mathius Tandiontong, 2011)
Jadi, penulis berkesimpulan bahwa penggunaan sisem ABC cendrung memiliki kelebihan dan nilai ganda dibandingkan dengan sistem fungsional. Pembebanan biaya didasarkan pada aktivitas yang digunakan oleh tenaga kerja dan peralatan usaha. sehingga penentuan harga pokok produk lebih tepat.


 DAFTAR PUSTAKA
 Adward J Blocher, dkk. 2012. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. (Jakarta Salemba Empat)
Dian Indriana Trilestari, Perkembangan Akuntansi Ditinjau Dari Perspektif Waktu. Solusi ISSN 1412-5331 Vol. 5 No. 2. Halaman 20
Elkha, Jurnal. Implementasi Metode Activity Based Costing System dalam Besarnya tarif Jasa Rawat Inap. Vol. 4 No. 2 Oktober 2012
Garrison, dkk. 2013. Akuntansi Manajerial. (Jakarta, Salemba Empat)
Krismiaji. 2002. Dasar-dasar Akuntansi Manajemen. (Yogjakarta: AMP YKPN)
Mowen, Hansen. 2006. Akuntansi Manajerial. (Jakarta : Salemba Empat)
                            2009. Akuntansi Manajerial. (Jakarta : Salemba Empat)
Tandiontong, Mathius. Jurnal Peranan  Activity Based Costing System dalam Perhitungan Harga Pokok terhadap Peningkatan Probabilitas Perusahaan. No. 05 Tahun ke-2 Mei-Agustus 2011


 semoga tulisan ini dapat anda manfaatkan tanpa plagiat,, karena jujur itu pilihan,, :)









sistem informasi akuntansi manajemen

BAB II



A.    Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan . Sistem informasi adalah kombinasi dari people, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber-sumber data, prosedur dan kebijakan yang terorganisasi dengan baik yang dapat menyimpan, mengadakan lagi, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam suatu organisasi (O’Brien dan Marakas 2009). Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat keuangan yang membantu manajer menangani tiga masalah pokok sebagai berikut (Charles T. Hongren):
1.      Merencanakan secara efektif dan memusatkan perhatiannya pada penyimpangan apa yang direncanakan.
2.      Mengarahkan operasi sehari-hari
3.      Mencapai penyelesaian sehubungan dengan masalah operasi yang dihadapi organisasi. (Kamaruddin Ahmad, 2011: 9)
Sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses yang dideskripsikan oleh aktivitas-aktivitas, seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, analisis , pelaporan dan pengelolaan informasi. Keluaran ini bisa mencangkup laporan khusus biaya produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja bahkan komunikasi pribadi. (Hansen Mowen, 2009:4)
Menurut O’Brien dan Marakas (2009) Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memiliki tiga tujuan umum diantaranya :
1.      Menyediakan informasi untuk perhitungan biaya jasa, produk, atau objek lainnya yang ditentukan oleh manajemen.
2.     
3
Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
3.      Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan ini menunjukkan manajer dan pengguna lainnnya perlu memiliki akses menuju informasi akuntansi manajemen dan perlu mengetahui cara menggunakannya. Informasi akuntansi menajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, serta mengevaluasi kinerja. Informasi akuntansi digunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Sistem akuntansi manajemen yaitu suatu sistem yang dapat memberikan atau menyampaikan informasi yang relevan kepada manajer untuk mengambil keputusan, perencanaan, dan pengawasan.informasi yang dikumpulkan dan dianalisis oleh akuntan manajemen yang digunakan untuk mendukung tindakan – tindakan manajemen. (Steffi Sigilipu [jurnal], 2012)
Mengingat pentingnya informasi akuntasi manajemen ini, manajer dan penguna lainnya harus mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Apapun bentuk orgasasinya, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, manajer harus memiliki kemampuan yang cukup dalam menggunakan informasi akuntansi.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi yang diproses dalam semua tahap pengelolaan informasi yang menghasilkan laporan khusus  dengan tujuan untuk perhitungan, perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan yang dapat digunakan oleh manajemen dalam pengambilkan keputusan.

B.     Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan
Secara sederhana, akuntansi manajemen dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang akan memberikan informasi kepada manajemen untuk membantu pihak-pihak internal mencapai tujuan organisasinya.(I G A M, Asri Dwija Putri, )
Akuntansi manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan utamanya untuk menyajikan laporan-laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu untk kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang meliputi perancanaan pembuatan keputusan pengorganisasian dan pengarahan serta pengendalian. (Supriyono, 1987)
Akuntansi manajemen adalah penerapan teknik-teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan yang diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat keputusan-keputusan rasional dengan suatu pandangan kearah pencapaian tujuan tersebut. (Kamaruddin, 2011:5)
Akuntansi keuangan adalah suatu bidang akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan sautu entitas yang berguna bagi para pemangku kepentingan yang disusun oleh manajemen secara wajar, lengkap, transparan, dapat dimengerti dan tidak menyesatkan, yang dilaporkan kepada penerima dan pengguna laporan keuangan atau disebut juga laporan eksternal dalam suatu organisasi atau perusahaan. (Hans dkk, 2012:4-5)
Akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen menyediakan informasi keuangan dan tujuan yang sama. Pertama, keduanya bersandar pada sistim informasi akuntansi. Akuntansi manajemen memanfaatkan seluas-luasnya data akuntansi keuangan yang dihasilkan secara rutin. Kedua, baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen sangat bersandar pada konsep pertanggungjawaban atau kepengurusan.
Perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen berdasarkan faktor-faktornya meliputi segi tujuan utamanya, dasar penyusunan laporan, dimana akuntansi keuangan harus mengikuti prinsip akuntansi yang diterima umum, diperiksa berdasarkan norma pemeriksaan akuntansi. Sedangkan akuntansi manajemen lebih bebas dengan teori keputusan manajemen. (Kamaruddin, 2011:7)





Akuntansi manajemen
Akuntansi keuangan
1.      Fokus internal
2.      Tidak ada aturan yang mengikat
3.      Informasi keuangan dan non keuangan, informasi dapat bersifat subjektif
4.      Penekanan pada masa yang akan datang
5.      Evaluasi dan keputusan internal didasarkan atas informasi yang sangat terperinci
6.      Sangat luas dan multi disiplin
1.      Fokus eksternal
2.      Harus mengikuti aturan tertentu
3.      Informasi keuangan yang bersifaat objektif

4.      Berorientasi historik masa lalu

5.      Informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan

6.      Lebih independen

Tabel 1.perbandingan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan (Hansen Mowen, 2009:11)

Dari informasi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen merupakan dua hal yang saling berkaitan dan memiliki posisi sangat penting dalam suatu perusahaan. Keduanya sama-sama memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan oleh pihak internal dan pihak eksternal dalam pengambilan keputusan, pengukuran kinerja perusahaan serta pencapaian kearah tujuan perusahaan.

C.    Sejarah Singkat Akuntansi Manajemen
Perubahan akuntansi yang lebih inovatis saat sekarang tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang dilakukan para praktisi terdahulu. Pada tahun 1925, penekanan pada prosedur akuntansi manajemen berubah menjadi perhitungan biaya persediaan yang berawal dari penekanan pada pelaporan untuk pihak eksternal. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, beberapa usaha dilakukan untuk meningkatkan kegunaan manajerial dari sistem biaya tradisional. Pada tahun 1980-an-1990an  perkembangan ilmu dan praktik akuntansi berkembang dengan sangat pesat melalui tindakan-tindakan signifikan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Dian Indriana TL, seorang dosen Fakultas Ekonomi Universitas Semarang menulis dalam jurnalnya, bahwa Perkembangan teknologi pada 2 dekade terakhir mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pada umumnya dan akuntansi manajemen pada khususnya. Ini menandai dimulainya era akuntansi manajemen kontemporer.
Perkembangan ilmu akuntansi biaya dan akuntansi manajemen, sangat di pengaruhi oleh perubahan limgkungan. Sekitar tahun 1999 akuntansi manjemen mulai berkembang kearah yang lebih inovatif, dan  melahirkan pemikiran-pemikiran yang lebih modren meninggalkan cara-cara tradosional. Hal ini dipicu oleh banyaknya kritik terhadap pola pemikiran para praktisi akuntansi biaya/manajemen.
Jadi, dari lintas sejarah diatas, dapat kita simpulkan bahwa semakin hari, perkembangan akuntansi manajemen semakin menunjukkan perubahan yang lebih inovatif, mampu mengganti cara-cara tradisional dan praktik yang lebih akurat dan efisien yang dapat digunakan dalam berbagai perusahaan dan organisasi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

D.    Tema Baru dalam Akuntansi Manajemen
Lingkungan ekonomi telah mensyaratkan pengembangan praktek-praktek akuntansi manajemen yang inovatif dan relevan. Konsekuensinya sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktifitas banyak di kembangkan dan di implementasikan oleh organisasi. Selain itu fokus sistem akuntansi manajemen telah diperluas agar memungkinkan para manajer melayani kebutuhan pelanggan dengan lebih baik dan mengelola rantai nilai perusahaan.  Lebih jauh lagi para manajer harus menekankan waktu, kualitas, dan efisiensi untuk mengamankan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Selain itu informasi akuntansi harus dibuat untuk mendukung tiga tujuan fundamental akuntansi.(Hansen Mowen,2009:13)

a.        Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity-Based Management)
Manajemen berdasarkan aktivitas adalah uatu pendekatan yang terintegrasi diseluruh sidtem yang mmfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas yang bertujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dihasilkan Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada perhitungan biaya berdasarkan aktivitas dan analisis nilai proses. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas dapat meningkatkan keakuratan pengalokasian biaya, sedangkan analisis nilai proses menekankan pada analisis aktivitas. Hal itu bertujuan untuk menemukan cara melakukan aktivitas yang diperlukan secara lebih efisien.
b.      0rientasi pada Pelanggan
Adalah fokus utama dalam meningkatkan nilai bagi perusahaan karena perushaan dapat menciptakan keunggulan bersaing dengan menciptakan nilai yang lebih baik bagi pelanggan dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing  realisasi bagi pelanggan meliputi fitur umum dan khusus suatu produk, jasa, kualitas dan faktor-faktor lain yang dianggap penting bagi pelanggan
c.       Penetapan Posisi Strategis
Meningkatkan nilai pelanggan untuk menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan dicapai melalui pemilihan berbagai strategi yang bijaksana. Informasi mengenai biaya memainkan peranan penting, dan dilakukan melalui proses manajemen biaya strategis, yaitu penggunaan data biaya untuk mengembangkan dan mengidentifikasi strategi-strategi superrior yang akan menghasilkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
d.      Kerangka kerja rantai nilai
Manajemen yang efektif atas rantai nilai internal adalah dasar untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan. Rantai nilai internal adalah rangkaian aktivitas yang dibutuhkan untuk mendesain, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, serta mengirimkan produk dan jasa kepada pelanngan.


e.       Waktu sebagai Elemen
Waktu adalah elemen penting dalam semua tahap rantai nilai. Perusahaan-perusahaan kelas dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasar dengan cara mempersingkat siklus desain, implementasi, dan produksi. Perusahaan-perusahaan mengirim produk atau jasanya dengan cepat melalui penghapusan waktu yang tidak bernilai tambah, yaitu waktu yang tidak bernilai bagi pelanggan, misalnya waktu yang dibutuhkan untuk memuat produk ke kapal.
f.       Efisiensi
Meningkatkan efisiensi merupakan hal yang penting. Pengukuran efisiensi financial dan non financial diperlukan. Biaya adalah ukuran kritikal untuk efisiensi. Tren dalam biaya sepanjang waktu dan perubahan produktivitas dapat menjadi ukuran penting atas keefektifan keputusan perbaikan berkelanjutan. Biaya harus ditetapkan, diukur, dan dialokasikan secara tepat agar pengukuran efisiensi menjadi bernilai.
g.      Bisnis secara Elektronik (E-Business)
Bisnis secaa elektronik (E-business) adalah transaksi bisnis atau pertukaran informasi yang dijalankan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. E-business diharapkan tumbuh pesat pada tahun-tahun mendatang. Bisnis ini menyediakan kesempatan bagi perusahaan untuk memperluas diseluruh dunia dan dapat menurunkan biaya secara signifikan jika dibandingkan dengan transaksi yang menggunakan kertas. Para akuntan manajemen perlu memahami keuntungan, resiko, dan peluang bisnis secara elektronik. Mereka juga memainkan peran penting dalam menyediakan informasi biaya yang relevan sehubungan dengan bisnis ini.

E.     Peran Akuntan Manejemen
Akuntan manajemen harus mendukung manajemen dalam semua tahap pengambilan keputusan bisnis. Sebagai ahli dalam akuntansi, mereka harus cerdas, siap sedia mengikuti perekembangan terbaru, serta memahami kebiasaan dan praktik dari semua negara tempat perusahaan mereka beroperasi. Mereka diharapkan memiliki pengetahuan tentang lingkungan hukum dari bisnis.
Muhammad Fakhri Husein dalam jurnalnya mengutip tulisan Finn et al. Dalam Fatt,1995
“Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat, dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten, dan untuk menjaga integritas dan objektivitas mereka. Analisis terhadap sikap etis dalam profesi akuntan menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka.”

Dalam menjalankan tugas sebagai auditor, seorang akuntan sering dihadapkan pada berbagai macam dilema, baik menyangkut etika maupun sikap profesional dan independensinya (Leung, 1998). Kesadaran etika dan sikap profesional memegang peran penting bagi seorang akuntan (Louwers al, 1997). Personal value seorang akuntan tercermin dari keputusan etika yang dibuatnya sedangkan komitmen terhadap profesi tercermin dari pengembangan nilai-nilai profesional pada setiap keputusan yang dilakukannya. (Jeffrey dan Wratherholt, 1996)
Menurut Hansen Mowen (2009) Peran akuntan manajemen dalam suatu organisasi merupakan salah satu peran pendukung. Mereka membantu orang-orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tujuan dasar organisasi. Posisi yang bertanggung jawab lansung pada tujuan organisasi disebut sebagai posisi lini, sedangkan posisi yang sifatnya mendukung dan tidak bertanggung jawab lansung terhadap tujuan dasar organisasi disebut posisi staf.      
Sebagai contoh anggaplah misi dasar suatu organisasi adalah memproduksi dalam menjual print laser. Wakil direktur bidang manufaktur dan bidang pemasaran, manager pabrik, serta perakitan termasuk dalam posisi lini. Sedangkan, wakil direktur bidamg keuangan dan sumber daya manusia, akuntan biaya, serta manager pembelian termasuk posisi staf.


F.     Akuntansi Manajemen dan Perilaku Etis
Akuntansi manajemen dikembangkan untuk membantu manajer dalam memaksimalkan laba. Tujuan memaksimumkan laba harus dibatasi dengan persyaratan bahwa laba dicapai melalui car-cara yang legal dan etis. Meskipun hal ini selalu menjadi asumsi inplisit dari akuntansi manajmen asumsi tersebut seharusnya di buat secara eksplisit. (Kamaruddin, 2011)
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006:58) perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik.
Perilaku etis melibatkan pemilihan tindakan-tidakan yang benar, sesuai, dan adil. Tingkah laku kita mungkin benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai, dan keputusan yang kita buat apakah adil atau berat sebelah. Meskipun orang berbeda pandangan terhadap arti istilah etika, tampaknya terdapat suatu prinsip umum yang mendasari semua sistem etika. Prinsip ini diekspresikan oleh keyakinan bahwa setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk kebaikan anggota lainnya.
Perilaku yang etis merupakan isu yang relevan bagi profesi Akuntan saat ini. Di indonesia isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, salah satunya dilakukan oleh oleh akuntan intern. Masalah etika bagi perusahaan juga sangat menentukan karena dalam jangka  panjang apabila perusahaan tidak concern dengan perilaku etis dalam bisnis maka kelangsungan usahanya akan terganggu. Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Dalam jangka pendek, mungkin akan meningkatkan keuntungan perusahaan, tetapi untuk jangka panjang akan merugikan perusahaan itu sendiri karena hilangnya kepercayaan pelanggan atau konsumen terhadap perusahaan tersebut. (M. Fakhri Husein, 2008)
Perilaku yang etis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya pengendalian intern; sistem akuntansi manajemen dan kepatuhan (Hesti dan Sukirno, 2012). Seorang akuntan manajemen akan memiliki perilaku yang etis jika mereka memahami kode etik profesinya. Kedua faktor ini berbanding lurus. Artinya, semakin paham akuntan manajemen terhadap kode etik, maka semakin etis pula perilakunya.
Keinginan untuk berkorban demi kebaikan kelompoknya merupakan inti dari tindakan yang etis.
“Pendidikan etika dan moral harus memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai yang dianggap benar agar mempunyai arti.”
Sepuluh nilai inti yang dimaksudkan dalam kutipan, yaitu:
1.      Kejujuran
2.      Integritas
3.      Pemenuhan janji
4.      Kesetiaan
5.      Keadilan
6.      Kepedulian terhadap sesama
7.      Penghargaan kepada orang lain
8.      Kewarganegaraan yang bertanggung jawab
9.      Usaha uuntuk mencapai sempurnaan
10.  Akuntabilitas.

Organisasi umumnya menetapkan standar perilaku untuk para manajer dan karyawannya. Asosiasi-asosiasi profesional juga menetapkan standar etika. Sebagai contoh, Insitut of Management (IMA) telah membuat standar etika untuk akuntan manajemen. Pada tahun 2005 IMA mengeluarkan revisi pernyataan yang menguraikan tentang standar perilku etis bagi akuntan manajemen. Revisi pernyataan itu disebut “Statement of Ethical Professional Practice”( Pernyataan Praktik Profesional yang Beretika) yang didesain agar sesuia dengan yang dinyatakan dalam SOX 2002 dan untuk memenuhi kebutuhan gloal dari para anggota internasional IMA.(Hansen mowen,2009:19-25)    





daftar bacaan


Ahmad, Kamaruddin. 2011. Akuntansi Manajemen Edisi Revisi. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada)
Hans, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK dan IFRS. (Jakarta : Salemba Empat)
Husein, Muhammad Fakhri. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 1, No. 1 April 2008. (diakses 14 Februari 2014)
Mowen, Hansen. 2009. Akuntansi Manajerial. (Jakarta:Salemba Empat)
O’ Brien J. A dan George M. M. 2009. Management Information Systems. Ninth Edition. MgGraw-Hill Inc
Sigilipu, Steffi. 2012. Jurnal Pengaruh Penerapan Informasi Akuntansi Manajemen dan Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Manajerial. ISSN 2303-1174 (diakses tanggal 13 Februari 2014)

Trilestari, Dian Indriana. Perkembangan Akuntansi Ditinjau Dari Perspektif Waktu. Solusi ISSN 1412-5331 Vol. 5 No. 2. Halaman 20