BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Balance
Scorecard
1. Definisi Balance Scorecard
Veithzal Rivai dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia (2009:599) mendefinisikan balanced scorecard sebagai seperangkat
ukuran yang memberikan pandangan yang menyeluruh mengenai bisnis kepada para
manajer secara cepat dalam lingkungan yang kompleks untuk sukses dalam
persaingan.
Mathias Tandiontong dalam jurnalnya Pengaruh Efektifitas
Penerapan Metode Balanced Scorecard dalam Meningkatkan Kinerja
Perusahaan (2011) mengartikan balanced scorecard sebagai suatu bahasa
untuk mengkomunikasikan misi dan strategi yang menginformasikan pada seluruh
pekerja tentang apa yang terjadi penentu sukses dimasa yang akan datang.
Supriyono dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen (2000:143) menyatakan
bahwa:
“Balanced
Scorecard adalah salah satu alat pengukuran kinerja yang menekankan pada
keseimbangan antara ukuran-ukuran strategis yang berlainan satu sama lain dalam
usaha untuk mencapai keselarasan tujuan sehingga mendorong karyawan bertindak demi
kepentingan terbaik perusahaan.”
Sedangkan Mulyadi
dalam bukunya Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk
Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan (2001:1-2) mendefinisikan Balanced
Scorecard ke dalam dua istilah kata, kartu skor (scorecard) dan berimbang (balance). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang, sedangkan berimbang dimaksudkan untuk menunjukan
bahwa kinerja personel diukur secara seimbang dari aspek keuangan dan
non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. Melalui
kartu skor, skor yang hendak diwujudkan di masa depan dibandingkan hasilnya
dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk
melakukan evaluasi terhadap kinerja personel yang bersangkutan. (Veithzal Rivai, 2009:621)
Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi dan strategi
suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional. (Hansen Mowen, 2003)
Balance Scorecard
adalah sistem manajemen
strategis yang mendefinisikan sistem
akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Balance scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam
tujuan operasional dan ukuran kinerja dalam empat perspektif, (Veithzal Rivai,
2009:612) yaitu:
1. Perspektif keuangan. Menjelaskan konsekuensi
ekonomi tindakan yang diambil dalam tiga perspektif lain. Sasaran perpektif keuangan masing-masing perusahaan
berbeda, namun tetap berkaitan dengan laba. Ukuran dalam perspektif ini Seperti terlihat pada Gambar. 1
2.
Perspektif
Pelanggan.
Mendefinisikan segmen pasar dan pelanggan
dimana unit bisnis akan bersaing. Terdapat
dua kelompok ukuran yaitu generik dan faktor pendorong kinerja. Berikut
kelompok generik pada Gambar. 2
3. Perspektif bisnis internal. Menjelaskan proses
internal yang diperlukan untuk memberikan nilai pada pelanggan dan pemilik. (Gambar. 3)
4.
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur)
mendefinisikan kemampuan yang diperlukan oleh organisasi untuk memperoleh
pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan.(Hansen, Mowen, 2006:509)
Jadi, dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas,
penulis berkesimpulan bahwa Balance
Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja modern dalam manajemen
perusahaan yang menggunakan kartu skor dengan penyeimbangan ukuran berdasarkan
keuangan dan non keuangan, seperti ukuran pada pelanggan dan pangsa pasar dan
kemampuan internal dalam menumbuhkan usahanya yang bersifat jangka panjang. Balance Scorecard menjadi sebuah sistem
manajemen strategis untuk menterjemahkan misi dan strategi perusahaan untuk
mengetahui, mengontrol dan mengevaluasi kinerja perusahaannya sekarang dan untuk masa depan.
2. Tujuan Balance
Scorecard
Taufik Amir (2011:210) menyebutkan bahwa balanced
scorecard memberikan kerangka yang komprehensif untuk menterjemahkan visi
dan misi perusahaan sehingga dapat menggambarkan aspek-aspek pengukur kinerja
organisasi secara menyeluruh. Tujuan dari pengukuran kinerja dalam dengan metode balance scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non
keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah
berdasarkan misi dan strategi sebuah divisi. Misi dan strategi tersebut harus
dapat diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata. Kata balance disini bertujuan untuk
menekankan adanya peneyeimbangan antara beberapa faktor dalam pengukuran yang
dilakukan, yaitu (Krismiaji,
2002:374-375) :
1.
Keseimbangan
antara pengukuran ekstern untuk pemegang saham dan pelanggan dan pengukuran
intern dari proses bisnis intern, inovasi dan proses pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Keseimbangan antara pengukuran hasil
dari usaha masa lalu dan pengukuran yang mendorong kinerja masa mendatang.
3.
Keseimbangan
anatara unsur obyektivitas, yaitu pengukuran berupa hasil kuantitatif yang
diperoleh secara mudah, dan unsur subyektivitas, yaitu pengukuran pemicu
kinerja yang membutuhkan pertimbangan.
Jadi, dari uraian konsep
diatas, dapat penulis simpulkan bahwa Balanced
Scorecard merupakan suatu metode
pengukuran kinerja manajemen perusahaan yang
melibatkan beberapa ukuran
strategis yang berlainan baik bersifat keuangan maupun non-keuangan yang
bertujuan untuk menyeimbangkan pengukuran secara koheren yang diharapkan mampu mengevaluasi
kinerja perusahaan dan meningkatkan kemampuan untuk pencapaian tujuan. Balanced
scorecard menjadi salah satu pilihan perusahaan untuk mengukur kinerja dan
mengetahui tingkat kemampuan organisasi atau perusahaan yang akurat dan efektif
dibandingkan dengan sistem pengukuran tradisional yang hanya menggunakan ukuran
finansial, sehingga mempermudah pihak manajemen dalam mengambil keputusan yang
tepat.
B.
Sejarah Balance
Scorecard
Dari Jurnal Fatmasari Sukesti (2010) disebutkan bahwa Balanced
Scorecard merupakan hasil eksperimen yang dilakukan oleh divisi riset Kantor Akuntan Publik KPMG di U.S.A dan Nolan Norton Institute tahun 1990 sampai 1995. Kemudian pemanfaatan balanced
scorecard di berbagai perusahaan di U.S.A menjadi sangat pesat dan luas.
Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton
mempublikasikan dalam Harvard Business Review metode pengukuran mereka: ‘The
Balanced Scorecard – Measures That Drive Performance’. BSC adalah
alat yang menyediakan pada para manajer pengukuran komprehensif bagaimana
organisasi mencapai kemajuan lewat sasaran-sasaran strategisnya. Metode ini menjelaskan
bagaimana aset intangible dimobilisasi dan dikombinasikan dengan aset tangible
untuk menciptakan proposisi nilai pelanggan yang berbeda dan hasil
finansial yang lebih unggul. (M. Taufik
Amir, 2011:210)
Balanced scorecard pertama kali
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton sebagai alat ukur
kinerja perusahaan untuk lingkungan bisnis modern. Pada awalnya Balanced
scorecard diciptakan untuk mengatasi masalah kelemahan pengukuran kinerja
manajemen yang terlalu berfokus kepada keuangannya. Metode ini digunakan untuk
mengukur strategi bisnis yang akan diterapkan dimana apabila manajer atau
eksekutif berhasil memenuhi target yang ditetapkan, maka reward akan
diberikan. Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan bahwa Balanced scorecard tetap
mempertahankan ukuran finansial tradisional dari segi keuangan. Namun Balanced
scorecard melengkapi seperangakat ukuran tersebut dengan ukuran pendorong
kinerja masa depan. Tujuan dari ukuran itu diterjemahkan dari visi dan strategi
perusahaan yang ditinjau dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan,
proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. (Veithzal Rivai, 2009:598)
Norton dan Kaplan dalam buku Mulyadi (2001)
merekomendasikan integrasi secara sistematis BSC ke dalam sistem manajemen
perusahaan yang telah ada. Untuk itu mereka menyarankan fase-fase penataan (set-up)
dan implementasi strategi. Agar BSC secara efektif menjadi alat
mentransformasikan strategi ke dalam
aksi pelaksanaan, Norton dan Kaplan menekankan pentingnya pelatihan dan
komunikasi secara teratur (seperti dengan leaflet, majalah, internet, dan sebagainya), disertai
pengukuran sasaran-sasaran yang terdefinisi secara jelas diseluruh perusahaan.
Jadi,
penulis menyimpulkan bahwa sistem balanced scoecard mulai diperkenalkan
oleh Robert S. Kaplan (seorang profesor di Harvard Buseniss School )dan David.
P. Norton (Konsultan manajemen) tahun 1992 sebagai suatu inovasi alat ukur
kontemporer yang mampu mengukur kinerja perusahaan dari beberapa aspek yang
meliputi unsur keuangan dan non-keuangan, yang menterjemahkan visi dan misi
perusahaan ke dalam manajemen strategik menuju pencapaian tujuan organisasi.
C.
Perkembangan Terkini Implementasi Balance Scorecard
Implementasi
merupakan rangkaian aktifitas dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perencanaan balanced scorecard yang telah disusun manajemen sebagai alat
ukur kinerja. (M. Taufik Amir, 2011:192)
Sejak
satu dekade terakhir, banyak organisasi atau perusahaan secara umum mengetahui
keunggulan penerapan balance
scorecard sebagai alat pengukuran kinerja perusahaan
yang lebih akurat dibandingkan dengan alat ukur lainnya. Diantaranya penerapan balance scorecard tidak hanya dapat diimplementasikan pada perusahaan bisnis, tetapi
juga pada perusahaan atau organisasi nirlaba atau organisasi publik. Organisasi
publik bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat bukan untuk
mendapatkan keuntungan. Organisasi ini dapat mengukur efektivitas dan
efisiensinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menggunakan
pengukuran kinerja sistem balance
scorecard. (Imelda, 2004)
Implementasi balanced
scorecard pada keduanya pada dasarnya sama, yaitu mengukur kinerja
organisasi dengan menggabungkan dua sisi yaitu sisi finansial dan non
finansial, namun ada beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh masing-masing
organisasi tergantung kebutuhan organisasi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian
Fatmawati Sukesti (2010), seorang Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Semarang yang meneliti tentang penggunaan balanced scorecard untuk mengukur
kinerja pada Universitas tersebut. Hasilnya metode balanced scorecard ini
memberikan perubahan yang semakin baik terhadap kinerja Uneversitas
Muhammadiyah Semarang dari keempat perspektif balanced scorecard dibandingkan
tahun sebelumnya.
Zingales (2002) dalam jurnal Andie
Tri Purwanto (2003) Beberapa langkah awal mengimplementasikan balanced
scorecard yaitu :
1. Memperjelas
visi dan strategis perusahaan
Visi oleh Veithzal Rivai (2009) yaitu gambaran
kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa mendatang. Sedangkan
strategi secara sederhana dapat diartikan sebagai cara-cara yang dapat
digunakan perusahaan untuk menjalankan misinya, meraih visinya atau
tujuan-tujuannya. (M. Taufik Amir, 2011:128)
2. Mengembangkan
sasaran strategi
3. Meluncurkan
inisiatif strategi lintas bisnis
4. Membimbing
setiap divisi mengembangkan setiap strateginya masing-masing, konsisten dengan
yang dimiliki perusahaan.
Balanced scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan
perhatian manajemen kepada kinerja keuangan dan non keuangan, serta kinerja
jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Balanced
scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja manajemen.
(Mulyadi, 2001)
Balanced scorecard merupakan alat ukur terhadap kinerja manajemen dengan ukuran aspek
keuangan dan non keuangan. Berdasarkan pendekatan balanced scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh manajemen merupakan akibat
diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan konsumen, pelaksanaan proses
bisnis internal yang produktif dan efektivitas biaya dan pembangunan personel
yang produktif dan berkomitmen. (Mathius Tandiontong, 2011)
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa implementasi balanced scorecard dapat
diterapkan tidak hanya pada perusahaan bisnis (profit oriented) tetapi
juga organisasi nirlaba atau publik, artinya sama-sama memberikan suatu hasil pengukuran
kinerja yang komprehensif dan koheren bagi masing-masing perusahaan, dan mampu
meningkatkan efektifitas kinerja sehingga menjadikan perusahaan dapat bertahan
dalam persaingan global.
D.
Keunggulan Balance
Scorecard
Veithzal Rivai (2013:627) dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan mengatakan bahwa keunggulan
penerapan balanced scorecard dalam sebuah perusahaan adalah sebagai
berikut :
1.
Mensinergikan strategi dengan indikator kunci di
semua lini organisasi
Dengan balanced scorecard, memungkinkan pengukuran kinerja pada
semua lini bisnis bahkan sampai pada individu/person dari lini bisnis
tersebut dapat mengerti dan bertanggungjawab serta bagaimana hubungannya
terhadap kesuksesan organisasi secara keseluruhan.
2.
Mengukur serta mengatur kinerja bisnis lebih
efektif
Balanced scorecard memberikan kemudahan bagi manajemen untuk
memonitor hingga ke semua lini bisnis supaya dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi ancaman masalah yang muncul
atau peluang bisnis yang baru.
3.
Memudahkan feedback dan komunikasi
strategis
Balanced scorecard dapat memudahkan komunikasi
serta sharing informasi antar lini bisnis sehingga permasalahan yang
muncul dapat sedini mungkin diidentifikasi serta dapat juga mengidentifikasi
peluang bisnis di masa depan.
Menurut Mulyadi
(2001:18:24), keunggulan metode balanced scorecard memiliki keunggulan :
1.
Komprehensif. Balanced scorecard memperluas
perspektif yang dicakup dalam prencanaan strategis, dari yang sebelumnya hanya
terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif yang lain..
perluasan ini menghasilkan manfaat yaitu : menjanjikan kinerja keuangan yang
berlipat ganda dan berjangka panjang serta membuat perusahaan mampu untuk
memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2.
Kohern. Balanced scorecard mewajibkan
personel untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran
strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran strategis
yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal
dengan sasaran keuangan. Sehingga secara tidak langsung dapat memotivasi
personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategi yang bermanfaat
untuk menghasilkan kinerja keuangan.
3.
Seimbang. Keseimbangan sasaran strategis yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting untuk menghasilkan kinerja
keuangan dalam jangka panjang. Semua perspektif dalam balanced scorecard
harus diperlakukan secara seimbang.
4.
Terukur. balanced scorecard mengukur
sasaran-sasaran strategis yang sulit untuk diukur, seperti sasaran
non-keuangan.
Jadi,
sistem balanced scorecard merupakan suatu sistem yang memang menjadi
solusi bagi perusahaan yang ingin mengukur kinerja perusahaannya dengan hasil
yang akurat dan komprehensif, karena keunggulan dan kelebihan dari sistem ini
jauh lebih lengkap dibandingkan dengan sistem tradisional yang hanya mengukur
tingkat kemampuan finansial saja.
E.
Faktor yang
Memacu Perusahaan Mengimplementasikan Balance
Scorecard
Mengimplementasikan suatu perencanaan yang telah disusun merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, bahkan
mungkin lebih sulit dibandingkan dengan merumuskan perencanaan balanced
scorecard. Ada beberapa hal yang dapat memicu perusahaan dalam
mengimplementasikan balanced scorecard diantaranya adanya keterbatasan
tentang ukuran yang spesifik dalam sistem manajemen tradisional, yaitu (Veithzal
Rivai, 2009:608) :
1.
Cost
Zaman
sekarang konsumen sangat kritis, perkembangan teknologi semakin cept, dan
tingkat persaingan yang sangat ketat sehingga biaya tidak lagi menjadi
satu-satunya atribut persaingan. Ada atribut-atribut kompetitif lainnya yang
jauh lebih penting dari biaya, seperti kualitas, delivery, pelayanan pelanggan
dan lain sebagainya.
2.
Productivity
Secara
konvensional, produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara total output
dengan total input. (Burgess, 1990)
3.
Profitability
Mengukur
kinerja perusahaan yang menyeluruh dengan cara menggunakan profitabilitas tidak
bermanfaat lagi karena sifatnya yang berjangka pendek.
Selain itu, menurut paham penulis ada beberapa faktor lain yang memicu
implementasi balanced scorecard. faktor persaingan global menuntut
perusahaan mampu menunjukkan keunggulannya kepada pangsa pasar dan konsumen
atas produk yang ia hasilkan. Perusahaan harus mampu mempertahankan kinerja,
meningkatkan kemampuan dan dapat merumuskan strategi yang tepat untuk
menyesuaikan perencanaan strategi dengan perubahan-perubahan lingkungan bisnis
yang selalu dinamis. Untuk itu, perusahaan harus memiliki sebuah alat
pengukuran yang tepat untuk mengukur kinerja dari waktu ke waktu Maka balanced
scorecard menjadi suatu alternatif manajemen perusahaan untuk diterapkan.
F.
Perubahan Lingkungan Bisnis Menuntut Perubahan Tipe
Perencanaan yang Digunakan oleh Organisasi
Lingkungan operasi baru
perusahaan abad informasi dibangun dengan seperangkat asumsi operasi yang baru
(Kaplan & Norton dalam jurnal Friska Sipayung) meliputi Lintas Fungsi,
Hubungan pelanggan dan pemasok, Segmentasi Pelanggan, Skala Global, Inovasi.
Semua karakteristik tersebut menjadi isu perubahan yang membutuhkan perencanaan
ulang agar perusahaan dapat mempertahankan keberadaannya (dalam pasar) secara
berkelanjutan.
Pergerakan lingkungan bisnis
yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi serba modern,
menyebabkan manajemen perusahaan kesulitan menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi, karena sangat sulit untuk diperkirakan. Organisasi harus mampu
berinovasi untuk dapat terus bertahan dan maju dalam lingkungan tersebut.
Konsep BSC sebagai inovasi baru dalam pengukuran kinerja mampu merubah membantu
perusahaan untuk mengukur, mengevaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaa dimana pada akhirnya
membantu perusahaan dalam bertahan di lingkungan bisnis yang sarat akan
persaingan. (M. Taufik Amir, 2011)
Selain itu, dampak lingkungan
masyarakat khususnya pelanggan sendiri menurut penulis memiliki pengaruh
terhadap strategi perencanaan perusahaan. Perubahan selera dan kebutuhan
konsumen terhadap produk barang dan jasa menjadi sebuah tantangan bagi
manajemen untuk mampu menyesuaikan strategi perencanaan agar berhasil memenuhi
kebutuhan pelanggan.
G.
Konsep Manajemen Strategik
Whellen dan Hunger dalam buku M. Taufik Amir
(2011:7) mendefinisikan manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan
tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Keputusan itu meliputi perumusan strategi, implementasi strategi, serta
evaluasi dan kontrol. Manajemen strategik yaitu pola pengelolaan srategi
organisasi jangka pendek dan panjang. (Andie Tri Perwanto, 2003)
Pendekatan
manajemen strategik dari waktu ke waktu mengalami perkembangan beberapa fase.
Pada fase pertama, dimulai tahun 1950-an, saat para pelaku bisnis kala itu
merasa membutuhkan pendekatan yang sistematis kemana harus mengarahkan bisnis
di masa datang. Kemudian, kurun waktu tahun 1970-an berkembang perencanaan
kapabilitas dimana perusahaan harus mentransformasikan kapabilitas yang dimilikinya
dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan untuk mendukung strategi baru. Pada
era 1970-an muncul issued management yaitu sebuah antisipasi pelaku bisnis dalam
menghadapi perubahan perubahan dalam lingkungan yang sulit diperkirakan.
Sedangkan tahap yang keempat, terdapat resistensi perubahan dalam organisasi
untuk menjalankan strategi, maka mulailah pengelolaan perubahan-perubahan.
Inilah yang disebut tahap pendekatan yang strategis. (M. Taufik Amir, 2011)
Perusahaan yang menjalankan manajemen strategik
bertujuan untuk mencapai keberhasilan dari waktu ke waktu ditengah berbagai
perubahan yang terjadi. Dengan manajemen strategik, organisasi bisa memiliki
gambaran menyeluruh atas organisasinya. (Veithzal Rivai, 2009 : 598)
H.
Perbedaan Manajemen Strategi dalam Pandangan Tradisional dan
Kontemporer
Menurut
Mulyadi dalam jurnal Endang Kiswara, Balanced Scorecard memiliki
keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategik saat ini berbeda secara
signifikan dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional. Manajemen
strategik tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan,
sedangkan sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas
yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan.
Selain
itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen strategik
tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran
strategik dalam sistem manajemen strategik kontemporer dirumuskan secara koheren.
Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik
kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen
strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.
Adanya sistem pengukuran
kinerja baru seperti balanced scorecard merupakan inovasi baru yang
mampu melengkapi alat ukur kinerja perusahaan. Sebelumnya telah ada sistem
tradisional dimana alat ukur hanya didasarkan pada ukuran keuangan saja,
terfokus kepada data keuangan seperti biaya-biaya, produktivitas, sales for
employee dan lain sebagainya. Maka muncullah metode balanced scorecard sebagai
suatu pengukuran yang lebih akuran dan efektif dalam pengukuran kinerja
manajemen perusahaan. Adapun perbedaan diantara kedua sistem ini seperti
terlihat dalam tabel :
Manajemen Tradisional
|
Manajemen Balanced Scorecard
|
1.
Pengendalian melalui anggaran
2.
Berfokus pada fungsi-fungsi dalam orgnisasi
3.
Mengabaikan pengukuran kinerja atau pengukuran
kinerja dilakukan secara terpisah
4.
Informasi fungsional tunggal
|
1.
Umpan balik dan pembelajaran
2.
Berfokus pada tim fungsional silang
3.
Pengukuran kinerja terintegrasi yang berdasarkan hubungansebab akibat
4.
Infomasi fungsional silang dan disebarluaskan
ke seluruh fungsi dalam organisasi
|
Tabel. 1
Perbedaan Sistem Tradisional dengan Balanced Scorecard
Jadi dari data diatas sangat
jelas bahwa sistem balanced scorecard menjadi suatu alternatif bagi
perusahaan untuk melaksanakan pengukuran kinerja, dimana kelebihan-kelebihan
yang dimiliki sistem ini jauh lebih lengkap dan akurat dibandingkan sistem tradisional.
Hal ini sudah dibuktikan dengan hasil penelitian Cahyo Halim Isttiqlal pada
perbankan Syariah (2009), Fatmawati Sukesti di Universitas Muhammadiyah
Semarang, Andie Tri Purwanto dalam penelitiannya pada Lingkungan hidup (SDA).
Semua hasil penelitian mereka menyatakan
keefektifan dan eksistensi penggunaan balanced scorecard sebagai alat
ukur yang komprehensif dan sesuai dengan lingkungan bisnis saat sekarang.
I.
Balance
Scorecard
Sebagai Inti Sistem Manajemen Strategik
Di dalam manajemen strategik,
ada dua tahapan penting yaitu tahapan perencanaan dan implementasi. Posisi balanced
scorecard awalnya berada pada tahap implementasi. Fungsi balanced
scorecard di sini hanya sebagai alat ukur kinerja secara komprehensif
kepada para eksekutif dan memberikan feedback tentang kinerja manajemen.
Dampak dari keberhasilan penerapan balanced scorecard memicu para
eksekutif untuk menggunakan balanced scorecard pada tahapan perencanaan
strategik. Mulai saat itu, balanced scorecard tidak lagi digunakan
sebagai alat ukur kinerja namun berkembang menjadi sistem manajemen strategik. (Johannes,
2009)
Dalam kaitannya dengan
perencanaan, balanced scorecard memungkinkan perusahaan untuk dapat
mengintegrasikan antara perencanaan strategik dengan penyusunan anggaran
tahunan. Dalam menetapkan target jangka pendek untuk pengukuran strategik,
manajer sekaligus harus juga meramalkan target untuk jangka panjang.. dengan
demikian anggaran tahunan yang dibuat oleh perusahaan akan mencerminkan rencana
perusahaan yang sesuai dengan strategi bersaing perusahaan. (Krismiadji,
2002:375)
M. Taufik Amir (2011:210) BSC
merupakan suatu inovasi pengukuran kontemporer yang memberikan pengukuran
secara menyeluruh terhadap kinerja strategik perusahaan sehingga sistem ini
menjadi inti dalam manajemen strategik yang tujuannya mengarah kepada
pengambilan keputusan strategik oleh manajer dan pihak intern perusahaan
Friska Sipayung dalam jurnalnya
(2009) menyatakan bahwa Perusahaan yang inovatif menggunakan balanced
scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis untuk mengelola
strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran ini untuk
menghasilkan proses manajemen penting ( Kaplan & Norton, Anonim, 2009) :
1.
Memperjelas dan menterjemahkan visi dan strategi
Proses Scorecard dimulai dengan tim manajemen
puncak yang bersama-sama bekerja menerjemahkan strategi unit bisnis kedalam
berbagai tujuan strategis yang spesifik (empat perspektif ukuran scorecard)
2.
Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan
dan ukuran strategis
Tujuan dari ukuran strategis balanced scorecard dikomunikasikan
ke seluruh organisasi melalui surat edaran, papan buletin, video dan bahkan
secara elektronis melalui jaringan kommputer. Hal ini untuk menginformasikan
kepada pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar
strategi perusahaan berhasil.
3.
Merencanakan menetapkan sasaran dan menyelaraskan
berbagai inisiatif strategis
Pada eksekutif senior harus menentukan sasaran bagi
berbagai ukuran scorecard yang harus mencerminkan adanya perubahan dalam
kinerja unit bisnis. Sasaran-sasaran ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Sasaran untuk pelanggan seharusnya berasal dari upaya untuk memenuhi atau
melampaui ekspektasi pelanggan.
4.
Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran
strategis.
Balanced scorecard memungkinkan manajer memantau
dan menyesuaikan pelaksanaan strategis, dan jika perlu membuat
perubahan-perubahan mendasar terhadap strategi itu sendiri, hal ini mendorong
timbulnya proses penetapan visi dan strategi baru dimana tujuan dalam berbagai
perspektif ditinjau ulang, diperbaharui dan diganti agar sesuai dengan
pandangan terkini mengenai hasil strategis dan pendorong kinerja yang
dibutuhkan untuk periode mendatang. (Kaplan & Norton dalam jurnal Friska)
Gambar. 4
balanced Scorecard sebagai Kerangka Kerja Tindakan Strategis (Kaplan
dan Norton dalam jurnal Friska Sipayung, 2009)
Peranan balanced scorecard
menjadi inti atau utama dalam sistem manajemen strategik dikarenakan adanya
kontribusi BSC dalam perumusan dan perencanaan strategik. Ini merupakan suatu
alat mutakhir dalam menterjemahkan strategi perusahaan ke dalam aktivitas
operrasional perusahaan. Dengan menerapkan BSC perusahaan tidak saja berfikir
jangka pendek namun juga disibukkan dalam pencapaian tujuan jangka menengah
maupun jangka panjang. BSC merupakan pengenjatawahan hal–hal strategik kepada
seluruh tingkatan organisasi. BSC dipakai bukan hanya untuk komunikasi
strategi, tetapi juga untuk manajemen strategi.
Jadi dapat penulis simpulkan
bahwa sistem balanced scorecard merupakan salah satu alat pengukuran
yang menjadi inti dari manajemen strategik karena kemampuan dan keunggulan yang
dimilikinya mampu memberikan keberhasilan dalam menjalankan strategi perusahaan
secara jangka panjang. Sistem balanced scorecard dalam tahap perencanaan
dan implementasi mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian
visi dan strategi perusahaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Balanced scorecard merupakan suatu metode
pengukuran kinerja manajemen strategik yang diperkenalkan mulai tahun 1990
dengan konsep mengukur kinerja perusahaan secara finansial dan non-finansial. Balanced
scorecard merupakan suatu metode yang mengukur kinerja melalui empat perspektif,
diantaranya perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif internal dan
perspektif pertumbuhan, sehingga lebih mampu menginformasikan data yang lebih
akurat dan relevan. Penerapan BSC dalam perusahaan dapat diimplementasikan
secara terintegrasi untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cepat dan untuk
mempertahankan eksistensi produk dalam persaingan usaha.
Munculnya metode balance
scorecard
dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan sistem tradisional dalam memenuhi
kebutuhan manajemen perusahaan dalam mengukur kinerja usahanya. Sistem tradisional
yang hanya mengukur kinerja perusahaan melalui perspektif keuangan saja, tidak
dapat memberikan informasi manajemen yang akurat. Karena pada dasarnya, kinerja
perusahaan tidak hanya dinilai dari indikator keberhasilan keuangan saja,
melainkan terdapat beberapa indikator non-keuangan seperti kondisi pelanggan
yang ikut mempengaruhi keberhasilan perusahaan dan kinerja yang memuaskan.
Keunggulan balance scorecard diantaranya menghasilkan
pengukuran yang mensinergikan strategi perusahaan ke semua lini bisnis bahkan
sampai pada individu/pekerja. Selain itu, sistem ini juga unggul dalam mengukur
dan mengatur kinerja bisnis lebih efektif. Saat sekarang ini sudah banyak
perusahaan yang memilih alat ukur ini sebagai alternatif untuk mengukur dan
mengevaluasi kinerja bisnisnya secara menyeluruh baik yang profit
oriented maupun
nirlaba dan terbukti berhasil meningkatkan profitabilitas serta mempertahankan
eksistensi dalam persaingan usaha gobal.
B.
Saran
Dari pembahasan yang telah
diuraikan pada makalah ini, penulis menyarankan kepada mahasiswa dan pembaca
umumya untuk dapat memahami implementasi Balanced scorecard ini dalam
sebuah organisasi. Karena bagaimanapun setiap metode pengukuran termasuk Balanced
scorecard memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Pembaca disarankan untuk
mampu menganalisis setiap topik bahasan dalam materi ini agar memperoleh
pemahaman yang baik dan jelas.
Fatmawati Sukesti. Analisis
Penggunaan Balanced scorecard
sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja pada Universitas Muhammadiyah
Semarang (2010, ISBN :
978.979.704.883.9)
Friska Sipayung. Jurnal
Manajemen Bisnis (Balanced Scorecard). Vol. 2 No. 1 Januari 2009
Imelda. Jurnal Akuntansi
& Keuangan Vol. 6 No 2 :Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi
Publik (November, 2004)
Johannes. Jurnal Balanced
Scorecard Konsep dan Aplikasi dalam Strategi Perusahaan. (Juli : 2009)
Krismiadji. 2002. Dasar
Dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : (AMP YPKN)
M. Taufiq Amir. 2011. Mnajemen Strategi Konsep dan Aplikasi. (Jakarta
: PT. Rajagrafindo Persada)
Mathius Tandiontong. Jurnal
Riset Akuntansi Vo. III No. 2 : Pengaruh Efektifitas Penerapan Metode
Balancedcorecard dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Oktober 2011)
Mowen, Hansen. 2003. Managenent
Accounting. (Jakarta : Salemba Empat)
Mulyadi. 2001. Balanced
Scorecard. ( Yogyakarta : UMG: Salemba Empat)
Supriyono. 2001. Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi kedua
(Yogyakarta : BPFE)
Ummi Pratiwi. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen Balanced Scorecard dan Manajemen Strategik. Oktober
2010, Volume 11 Nomor. 2.
Veithzal Rivai. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia. (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar