Minggu, 21 September 2014

makalah balanced scorecard


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Balance Scorecard
1.      Definisi Balance Scorecard
Veithzal Rivai dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009:599) mendefinisikan balanced scorecard sebagai seperangkat ukuran yang memberikan pandangan yang menyeluruh mengenai bisnis kepada para manajer secara cepat dalam lingkungan yang kompleks untuk sukses dalam persaingan.
Mathias Tandiontong dalam jurnalnya Pengaruh Efektifitas Penerapan Metode Balanced Scorecard dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan (2011) mengartikan balanced scorecard sebagai suatu bahasa untuk mengkomunikasikan misi dan strategi yang menginformasikan pada seluruh pekerja tentang apa yang terjadi penentu sukses dimasa yang akan datang.
Supriyono dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen (2000:143) menyatakan bahwa:

Balanced Scorecard adalah salah satu alat pengukuran kinerja yang menekankan pada keseimbangan antara ukuran-ukuran strategis yang berlainan satu sama lain dalam usaha untuk mencapai keselarasan tujuan sehingga mendorong karyawan bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan.”

Sedangkan Mulyadi dalam bukunya Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan (2001:1-2) mendefinisikan Balanced Scorecard ke dalam dua istilah kata, kartu skor (scorecard) dan berimbang (balance).  Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang, sedangkan berimbang dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja personel diukur secara seimbang dari aspek keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan di masa depan dibandingkan hasilnya dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja personel yang bersangkutan. (Veithzal Rivai, 2009:621)
Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional. (Hansen Mowen, 2003)
Balance Scorecard adalah sistem manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Balance scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja dalam empat perspektif,  (Veithzal Rivai, 2009:612) yaitu:
1.      Perspektif keuangan. Menjelaskan konsekuensi ekonomi tindakan yang diambil dalam tiga  perspektif lain. Sasaran perpektif keuangan masing-masing perusahaan berbeda, namun tetap berkaitan dengan laba. Ukuran dalam perspektif ini  Seperti terlihat pada Gambar. 1
2.      Perspektif Pelanggan. Mendefinisikan segmen pasar dan pelanggan dimana unit bisnis akan bersaing. Terdapat dua kelompok ukuran yaitu generik dan faktor pendorong kinerja. Berikut kelompok generik pada Gambar. 2
3.      Perspektif bisnis internal. Menjelaskan proses internal yang diperlukan untuk memberikan nilai pada pelanggan dan pemilik. (Gambar. 3)
4.      Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur) mendefinisikan kemampuan yang diperlukan oleh organisasi untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan.(Hansen, Mowen, 2006:509)

Jadi, dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, penulis berkesimpulan bahwa Balance Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja modern dalam manajemen perusahaan yang menggunakan kartu skor dengan penyeimbangan ukuran berdasarkan keuangan dan non keuangan, seperti ukuran pada pelanggan dan pangsa pasar dan kemampuan internal dalam menumbuhkan usahanya yang bersifat jangka panjang. Balance Scorecard menjadi sebuah sistem manajemen strategis untuk menterjemahkan misi dan strategi perusahaan untuk mengetahui, mengontrol dan mengevaluasi kinerja perusahaannya sekarang dan untuk masa depan.
  
2.      Tujuan Balance Scorecard
Taufik Amir (2011:210) menyebutkan bahwa balanced scorecard memberikan kerangka yang komprehensif untuk menterjemahkan visi dan misi perusahaan sehingga dapat menggambarkan aspek-aspek pengukur kinerja organisasi secara menyeluruh. Tujuan dari pengukuran kinerja dalam  dengan metode balance scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah berdasarkan misi dan strategi sebuah divisi. Misi dan strategi tersebut harus dapat diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata. Kata balance disini bertujuan untuk menekankan adanya peneyeimbangan antara beberapa faktor dalam pengukuran yang dilakukan, yaitu (Krismiaji, 2002:374-375) :
1.      Keseimbangan antara pengukuran ekstern untuk pemegang saham dan pelanggan dan pengukuran intern dari proses bisnis intern, inovasi dan proses pembelajaran dan pertumbuhan.
2.      Keseimbangan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu dan pengukuran yang mendorong kinerja masa mendatang.
3.      Keseimbangan anatara unsur obyektivitas, yaitu pengukuran berupa hasil kuantitatif yang diperoleh secara mudah, dan unsur subyektivitas, yaitu pengukuran pemicu kinerja yang membutuhkan pertimbangan.
Jadi, dari uraian konsep diatas, dapat penulis simpulkan bahwa Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja manajemen perusahaan yang   melibatkan beberapa ukuran strategis yang berlainan baik bersifat keuangan maupun non-keuangan yang bertujuan untuk menyeimbangkan pengukuran secara koheren yang diharapkan mampu mengevaluasi kinerja perusahaan dan meningkatkan kemampuan untuk pencapaian tujuan. Balanced scorecard menjadi salah satu pilihan perusahaan untuk mengukur kinerja dan mengetahui tingkat kemampuan organisasi atau perusahaan yang akurat dan efektif dibandingkan dengan sistem pengukuran tradisional yang hanya menggunakan ukuran finansial, sehingga mempermudah pihak manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat.

B.       Sejarah Balance Scorecard
Dari Jurnal Fatmasari Sukesti (2010) disebutkan bahwa Balanced Scorecard merupakan hasil eksperimen yang dilakukan oleh divisi riset Kantor Akuntan Publik KPMG di U.S.A dan Nolan Norton Institute tahun 1990 sampai 1995. Kemudian pemanfaatan balanced scorecard di berbagai perusahaan di U.S.A menjadi sangat pesat dan luas.
Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton mempublikasikan dalam Harvard Business Review metode pengukuran mereka: ‘The Balanced Scorecard – Measures That Drive Performance’. BSC adalah alat yang menyediakan pada para manajer pengukuran komprehensif bagaimana organisasi mencapai kemajuan lewat sasaran-sasaran strategisnya. Metode ini menjelaskan bagaimana aset intangible dimobilisasi dan dikombinasikan dengan aset tangible untuk menciptakan proposisi nilai pelanggan yang berbeda dan hasil finansial yang lebih unggul. (M. Taufik Amir, 2011:210)
Balanced scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton sebagai alat ukur kinerja perusahaan untuk lingkungan bisnis modern. Pada awalnya Balanced scorecard diciptakan untuk mengatasi masalah kelemahan pengukuran kinerja manajemen yang terlalu berfokus kepada keuangannya. Metode ini digunakan untuk mengukur strategi bisnis yang akan diterapkan dimana apabila manajer atau eksekutif berhasil memenuhi target yang ditetapkan, maka reward akan diberikan. Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan bahwa Balanced scorecard tetap mempertahankan ukuran finansial tradisional dari segi keuangan. Namun Balanced scorecard melengkapi seperangakat ukuran tersebut dengan ukuran pendorong kinerja masa depan. Tujuan dari ukuran itu diterjemahkan dari visi dan strategi perusahaan yang ditinjau dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. (Veithzal Rivai, 2009:598)
Norton dan Kaplan dalam buku Mulyadi (2001) merekomendasikan integrasi secara sistematis BSC ke dalam sistem manajemen perusahaan yang telah ada. Untuk itu mereka menyarankan fase-fase penataan (set-up) dan implementasi strategi. Agar BSC secara efektif menjadi alat mentransformasikan strategi ke dalam aksi pelaksanaan, Norton dan Kaplan menekankan pentingnya pelatihan dan komunikasi secara teratur (seperti dengan leaflet, majalah, internet, dan sebagainya), disertai pengukuran sasaran-sasaran yang terdefinisi secara jelas diseluruh perusahaan.            

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa sistem balanced scoecard mulai diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (seorang profesor di Harvard Buseniss School )dan David. P. Norton (Konsultan manajemen) tahun 1992 sebagai suatu inovasi alat ukur kontemporer yang mampu mengukur kinerja perusahaan dari beberapa aspek yang meliputi unsur keuangan dan non-keuangan, yang menterjemahkan visi dan misi perusahaan ke dalam manajemen strategik menuju pencapaian tujuan organisasi.

C.    Perkembangan Terkini Implementasi Balance Scorecard
Implementasi merupakan rangkaian aktifitas dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk mewujudkan perencanaan balanced scorecard yang telah disusun manajemen sebagai alat ukur kinerja. (M. Taufik Amir, 2011:192)
Sejak satu dekade terakhir, banyak organisasi atau perusahaan secara umum mengetahui keunggulan penerapan balance scorecard  sebagai alat pengukuran kinerja perusahaan yang lebih akurat dibandingkan dengan alat ukur lainnya. Diantaranya penerapan balance scorecard tidak hanya dapat diimplementasikan pada perusahaan bisnis, tetapi juga pada perusahaan atau organisasi nirlaba atau organisasi publik. Organisasi publik bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat bukan untuk mendapatkan keuntungan. Organisasi ini dapat mengukur efektivitas dan efisiensinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menggunakan pengukuran kinerja sistem balance scorecard. (Imelda, 2004)
Implementasi balanced scorecard pada keduanya pada dasarnya sama, yaitu mengukur kinerja organisasi dengan menggabungkan dua sisi yaitu sisi finansial dan non finansial, namun ada beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh masing-masing organisasi tergantung kebutuhan organisasi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Fatmawati Sukesti (2010), seorang Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang yang meneliti tentang penggunaan balanced scorecard untuk mengukur kinerja pada Universitas tersebut. Hasilnya metode balanced scorecard ini memberikan perubahan yang semakin baik terhadap kinerja Uneversitas Muhammadiyah Semarang dari keempat perspektif balanced scorecard dibandingkan tahun sebelumnya.
            Zingales (2002) dalam jurnal Andie Tri Purwanto (2003) Beberapa langkah awal mengimplementasikan balanced scorecard  yaitu :
1.      Memperjelas visi dan strategis perusahaan
Visi oleh Veithzal Rivai (2009) yaitu gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa mendatang. Sedangkan strategi secara sederhana dapat diartikan sebagai cara-cara yang dapat digunakan perusahaan untuk menjalankan misinya, meraih visinya atau tujuan-tujuannya. (M. Taufik Amir, 2011:128)
2.      Mengembangkan sasaran strategi
3.      Meluncurkan inisiatif strategi lintas bisnis
4.      Membimbing setiap divisi mengembangkan setiap strateginya masing-masing, konsisten dengan yang dimiliki perusahaan.

Balanced scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian manajemen kepada kinerja keuangan dan non keuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja manajemen. (Mulyadi, 2001)
Balanced scorecard merupakan alat ukur terhadap kinerja manajemen dengan ukuran aspek keuangan dan non keuangan. Berdasarkan pendekatan balanced scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh manajemen merupakan akibat diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan konsumen, pelaksanaan proses bisnis internal yang produktif dan efektivitas biaya dan pembangunan personel yang produktif dan berkomitmen. (Mathius Tandiontong, 2011)
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa implementasi balanced scorecard dapat diterapkan tidak hanya pada perusahaan bisnis (profit oriented) tetapi juga organisasi nirlaba atau publik, artinya sama-sama memberikan suatu hasil pengukuran kinerja yang komprehensif dan koheren bagi masing-masing perusahaan, dan mampu meningkatkan efektifitas kinerja sehingga menjadikan perusahaan dapat bertahan dalam persaingan global.

D.    Keunggulan Balance Scorecard
 Veithzal Rivai (2013:627) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan mengatakan bahwa keunggulan penerapan balanced scorecard dalam sebuah perusahaan adalah sebagai berikut :
1.      Mensinergikan strategi dengan indikator kunci di semua lini organisasi
Dengan balanced scorecard, memungkinkan pengukuran kinerja pada semua lini bisnis bahkan sampai pada individu/person dari lini bisnis tersebut dapat mengerti dan bertanggungjawab serta bagaimana hubungannya terhadap kesuksesan organisasi secara keseluruhan.

 2.      Mengukur serta mengatur kinerja bisnis lebih efektif
Balanced scorecard memberikan kemudahan bagi manajemen untuk memonitor hingga ke semua lini bisnis supaya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi ancaman masalah yang muncul atau peluang bisnis yang baru.
3.      Memudahkan feedback dan komunikasi strategis
Balanced scorecard dapat memudahkan komunikasi serta sharing informasi antar lini bisnis sehingga permasalahan yang muncul dapat sedini mungkin diidentifikasi serta dapat juga mengidentifikasi peluang bisnis di masa depan.
            Menurut Mulyadi (2001:18:24), keunggulan metode balanced scorecard  memiliki keunggulan :
1.      Komprehensif. Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam prencanaan strategis, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif yang lain.. perluasan ini menghasilkan manfaat yaitu : menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang serta membuat perusahaan mampu untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2.      Kohern. Balanced scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran strategis yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran keuangan. Sehingga secara tidak langsung dapat memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategi yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
3.      Seimbang. Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting untuk menghasilkan kinerja keuangan dalam jangka panjang. Semua perspektif dalam balanced scorecard harus diperlakukan secara seimbang.
4.      Terukur. balanced scorecard mengukur sasaran-sasaran strategis yang sulit untuk diukur, seperti sasaran non-keuangan.
                       
Jadi, sistem balanced scorecard merupakan suatu sistem yang memang menjadi solusi bagi perusahaan yang ingin mengukur kinerja perusahaannya dengan hasil yang akurat dan komprehensif, karena keunggulan dan kelebihan dari sistem ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan sistem tradisional yang hanya mengukur tingkat kemampuan finansial saja.

E.     Faktor  yang Memacu Perusahaan Mengimplementasikan Balance Scorecard
Mengimplementasikan suatu perencanaan yang telah disusun merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, bahkan mungkin lebih sulit dibandingkan dengan merumuskan perencanaan balanced scorecard. Ada beberapa hal yang dapat memicu perusahaan dalam mengimplementasikan balanced scorecard diantaranya adanya keterbatasan tentang ukuran yang spesifik dalam sistem manajemen tradisional, yaitu (Veithzal Rivai, 2009:608) :
1.      Cost
Zaman sekarang konsumen sangat kritis, perkembangan teknologi semakin cept, dan tingkat persaingan yang sangat ketat sehingga biaya tidak lagi menjadi satu-satunya atribut persaingan. Ada atribut-atribut kompetitif lainnya yang jauh lebih penting dari biaya, seperti kualitas, delivery, pelayanan pelanggan dan lain sebagainya.
2.      Productivity
Secara konvensional, produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara total output dengan total input. (Burgess, 1990)

3.      Profitability
Mengukur kinerja perusahaan yang menyeluruh dengan cara menggunakan profitabilitas tidak bermanfaat lagi karena sifatnya yang berjangka pendek.

Selain itu, menurut paham penulis ada beberapa faktor lain yang memicu implementasi balanced scorecard. faktor persaingan global menuntut perusahaan mampu menunjukkan keunggulannya kepada pangsa pasar dan konsumen atas produk yang ia hasilkan. Perusahaan harus mampu mempertahankan kinerja, meningkatkan kemampuan dan dapat merumuskan strategi yang tepat untuk menyesuaikan perencanaan strategi dengan perubahan-perubahan lingkungan bisnis yang selalu dinamis. Untuk itu, perusahaan harus memiliki sebuah alat pengukuran yang tepat untuk mengukur kinerja dari waktu ke waktu Maka balanced scorecard menjadi suatu alternatif manajemen perusahaan untuk diterapkan.

F.     Perubahan Lingkungan Bisnis Menuntut Perubahan Tipe Perencanaan yang Digunakan oleh Organisasi
Lingkungan operasi baru perusahaan abad informasi dibangun dengan seperangkat asumsi operasi yang baru (Kaplan & Norton dalam jurnal Friska Sipayung) meliputi Lintas Fungsi, Hubungan pelanggan dan pemasok, Segmentasi Pelanggan, Skala Global, Inovasi. Semua karakteristik tersebut menjadi isu perubahan yang membutuhkan perencanaan ulang agar perusahaan dapat mempertahankan keberadaannya (dalam pasar) secara berkelanjutan.
Pergerakan lingkungan bisnis yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi serba modern, menyebabkan manajemen perusahaan kesulitan menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, karena sangat sulit untuk diperkirakan. Organisasi harus mampu berinovasi untuk dapat terus bertahan dan maju dalam lingkungan tersebut. Konsep BSC sebagai inovasi baru dalam pengukuran kinerja mampu merubah membantu perusahaan untuk mengukur, mengevaluasi dan meningkatkan  kinerja perusahaa dimana pada akhirnya membantu perusahaan dalam bertahan di lingkungan bisnis yang sarat akan persaingan. (M. Taufik Amir, 2011)
Selain itu, dampak lingkungan masyarakat khususnya pelanggan sendiri menurut penulis memiliki pengaruh terhadap strategi perencanaan perusahaan. Perubahan selera dan kebutuhan konsumen terhadap produk barang dan jasa menjadi sebuah tantangan bagi manajemen untuk mampu menyesuaikan strategi perencanaan agar berhasil memenuhi kebutuhan pelanggan.

G.    Konsep Manajemen Strategik
Whellen dan Hunger dalam buku M. Taufik Amir (2011:7) mendefinisikan manajemen strategik sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Keputusan itu meliputi perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan kontrol. Manajemen strategik yaitu pola pengelolaan srategi organisasi jangka pendek dan panjang. (Andie Tri Perwanto, 2003)
Pendekatan manajemen strategik dari waktu ke waktu mengalami perkembangan beberapa fase. Pada fase pertama, dimulai tahun 1950-an, saat para pelaku bisnis kala itu merasa membutuhkan pendekatan yang sistematis kemana harus mengarahkan bisnis di masa datang. Kemudian, kurun waktu tahun 1970-an berkembang perencanaan kapabilitas dimana perusahaan harus mentransformasikan kapabilitas yang dimilikinya dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan untuk mendukung strategi baru. Pada era 1970-an muncul issued management  yaitu sebuah antisipasi pelaku bisnis dalam menghadapi perubahan perubahan dalam lingkungan yang sulit diperkirakan. Sedangkan tahap yang keempat, terdapat resistensi perubahan dalam organisasi untuk menjalankan strategi, maka mulailah pengelolaan perubahan-perubahan. Inilah yang disebut tahap pendekatan yang strategis. (M. Taufik Amir, 2011)
Perusahaan yang menjalankan manajemen strategik bertujuan untuk mencapai keberhasilan dari waktu ke waktu ditengah berbagai perubahan yang terjadi. Dengan manajemen strategik, organisasi bisa memiliki gambaran menyeluruh atas organisasinya. (Veithzal Rivai, 2009 : 598)

H.    Perbedaan Manajemen Strategi dalam Pandangan Tradisional dan Kontemporer
Menurut Mulyadi dalam jurnal Endang Kiswara, Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategik saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional. Manajemen strategik tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran strategik dalam sistem manajemen strategik kontemporer dirumuskan secara koheren. Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.
Adanya sistem pengukuran kinerja baru seperti balanced scorecard merupakan inovasi baru yang mampu melengkapi alat ukur kinerja perusahaan. Sebelumnya telah ada sistem tradisional dimana alat ukur hanya didasarkan pada ukuran keuangan saja, terfokus kepada data keuangan seperti biaya-biaya, produktivitas, sales for employee dan lain sebagainya. Maka muncullah metode balanced scorecard sebagai suatu pengukuran yang lebih akuran dan efektif dalam pengukuran kinerja manajemen perusahaan. Adapun perbedaan diantara kedua sistem ini seperti terlihat dalam tabel :
Manajemen Tradisional
Manajemen Balanced Scorecard
1.      Pengendalian melalui anggaran
2.      Berfokus pada fungsi-fungsi dalam orgnisasi
3.      Mengabaikan pengukuran kinerja atau pengukuran kinerja dilakukan secara terpisah
4.      Informasi fungsional tunggal

1.      Umpan balik dan pembelajaran
2.      Berfokus pada tim fungsional silang
3.      Pengukuran kinerja terintegrasi  yang berdasarkan hubungansebab akibat
4.      Infomasi fungsional silang dan disebarluaskan ke seluruh fungsi dalam organisasi
Tabel. 1 Perbedaan Sistem Tradisional dengan Balanced Scorecard
Jadi dari data diatas sangat jelas bahwa sistem balanced scorecard menjadi suatu alternatif bagi perusahaan untuk melaksanakan pengukuran kinerja, dimana kelebihan-kelebihan yang dimiliki sistem ini jauh lebih lengkap dan akurat dibandingkan sistem tradisional. Hal ini sudah dibuktikan dengan hasil penelitian Cahyo Halim Isttiqlal pada perbankan Syariah (2009), Fatmawati Sukesti di Universitas Muhammadiyah Semarang, Andie Tri Purwanto dalam penelitiannya pada Lingkungan hidup (SDA). Semua hasil  penelitian mereka menyatakan keefektifan dan eksistensi penggunaan balanced scorecard sebagai alat ukur yang komprehensif dan sesuai dengan lingkungan bisnis saat sekarang.
I.       Balance Scorecard Sebagai Inti Sistem Manajemen Strategik
Di dalam manajemen strategik, ada dua tahapan penting yaitu tahapan perencanaan dan implementasi. Posisi balanced scorecard awalnya berada pada tahap implementasi. Fungsi balanced scorecard di sini hanya sebagai alat ukur kinerja secara komprehensif kepada para eksekutif dan memberikan feedback tentang kinerja manajemen. Dampak dari keberhasilan penerapan balanced scorecard memicu para eksekutif untuk menggunakan balanced scorecard pada tahapan perencanaan strategik. Mulai saat itu, balanced scorecard tidak lagi digunakan sebagai alat ukur kinerja namun berkembang menjadi sistem manajemen strategik. (Johannes, 2009)
Dalam kaitannya dengan perencanaan, balanced scorecard memungkinkan perusahaan untuk dapat mengintegrasikan antara perencanaan strategik dengan penyusunan anggaran tahunan. Dalam menetapkan target jangka pendek untuk pengukuran strategik, manajer sekaligus harus juga meramalkan target untuk jangka panjang.. dengan demikian anggaran tahunan yang dibuat oleh perusahaan akan mencerminkan rencana perusahaan yang sesuai dengan strategi bersaing perusahaan. (Krismiadji, 2002:375)
M. Taufik Amir (2011:210) BSC merupakan suatu inovasi pengukuran kontemporer yang memberikan pengukuran secara menyeluruh terhadap kinerja strategik perusahaan sehingga sistem ini menjadi inti dalam manajemen strategik yang tujuannya mengarah kepada pengambilan keputusan strategik oleh manajer dan pihak intern perusahaan
Friska Sipayung dalam jurnalnya (2009) menyatakan bahwa Perusahaan yang inovatif menggunakan balanced scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran ini untuk menghasilkan proses manajemen penting ( Kaplan & Norton, Anonim, 2009) :
1.      Memperjelas dan menterjemahkan visi dan strategi
Proses Scorecard dimulai dengan tim manajemen puncak yang bersama-sama bekerja menerjemahkan strategi unit bisnis kedalam berbagai tujuan strategis yang spesifik (empat perspektif ukuran scorecard)
2.      Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
Tujuan dari ukuran strategis balanced scorecard dikomunikasikan ke seluruh organisasi melalui surat edaran, papan buletin, video dan bahkan secara elektronis melalui jaringan kommputer. Hal ini untuk menginformasikan kepada pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar strategi perusahaan berhasil.
3.      Merencanakan menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
Pada eksekutif senior harus menentukan sasaran bagi berbagai ukuran scorecard yang harus mencerminkan adanya perubahan dalam kinerja unit bisnis. Sasaran-sasaran ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sasaran untuk pelanggan seharusnya berasal dari upaya untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi pelanggan.

4.      Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Balanced scorecard memungkinkan manajer memantau dan menyesuaikan pelaksanaan strategis, dan jika perlu membuat perubahan-perubahan mendasar terhadap strategi itu sendiri, hal ini mendorong timbulnya proses penetapan visi dan strategi baru dimana tujuan dalam berbagai perspektif ditinjau ulang, diperbaharui dan diganti agar sesuai dengan pandangan terkini mengenai hasil strategis dan pendorong kinerja yang dibutuhkan untuk periode mendatang. (Kaplan & Norton dalam jurnal Friska)
Gambar. 4
balanced Scorecard sebagai Kerangka Kerja Tindakan Strategis (Kaplan dan Norton dalam jurnal Friska Sipayung, 2009)

Peranan balanced scorecard menjadi inti atau utama dalam sistem manajemen strategik dikarenakan adanya kontribusi BSC dalam perumusan dan perencanaan strategik. Ini merupakan suatu alat mutakhir dalam menterjemahkan strategi perusahaan ke dalam aktivitas operrasional perusahaan. Dengan menerapkan BSC perusahaan tidak saja berfikir jangka pendek namun juga disibukkan dalam pencapaian tujuan jangka menengah maupun jangka panjang. BSC merupakan pengenjatawahan hal–hal strategik kepada seluruh tingkatan organisasi. BSC dipakai bukan hanya untuk komunikasi strategi, tetapi juga untuk manajemen strategi.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa sistem balanced scorecard merupakan salah satu alat pengukuran yang menjadi inti dari manajemen strategik karena kemampuan dan keunggulan yang dimilikinya mampu memberikan keberhasilan dalam menjalankan strategi perusahaan secara jangka panjang. Sistem balanced scorecard dalam tahap perencanaan dan implementasi mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian visi dan strategi perusahaan.







BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Balanced scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja manajemen strategik yang diperkenalkan mulai tahun 1990 dengan konsep mengukur kinerja perusahaan secara finansial dan non-finansial. Balanced scorecard merupakan suatu metode yang mengukur kinerja melalui empat perspektif, diantaranya perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif internal dan perspektif pertumbuhan, sehingga lebih mampu menginformasikan data yang lebih akurat dan relevan. Penerapan BSC dalam perusahaan dapat diimplementasikan secara terintegrasi untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cepat dan untuk mempertahankan eksistensi produk dalam persaingan usaha.
Munculnya metode balance scorecard dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan sistem tradisional dalam memenuhi kebutuhan manajemen perusahaan dalam mengukur kinerja usahanya. Sistem tradisional yang hanya mengukur kinerja perusahaan melalui perspektif keuangan saja, tidak dapat memberikan informasi manajemen yang akurat. Karena pada dasarnya, kinerja perusahaan tidak hanya dinilai dari indikator keberhasilan keuangan saja, melainkan terdapat beberapa indikator non-keuangan seperti kondisi pelanggan yang ikut mempengaruhi keberhasilan perusahaan dan kinerja yang memuaskan.
Keunggulan balance scorecard diantaranya menghasilkan pengukuran yang mensinergikan strategi perusahaan ke semua lini bisnis bahkan sampai pada individu/pekerja. Selain itu, sistem ini juga unggul dalam mengukur dan mengatur kinerja bisnis lebih efektif. Saat sekarang ini sudah banyak perusahaan yang memilih alat ukur ini sebagai alternatif untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja bisnisnya secara menyeluruh baik yang profit oriented maupun nirlaba dan terbukti berhasil meningkatkan profitabilitas serta mempertahankan eksistensi dalam persaingan usaha gobal.

B.     Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada makalah ini, penulis menyarankan kepada mahasiswa dan pembaca umumya untuk dapat memahami implementasi Balanced scorecard ini dalam sebuah organisasi. Karena bagaimanapun setiap metode pengukuran termasuk Balanced scorecard memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Pembaca disarankan untuk mampu menganalisis setiap topik bahasan dalam materi ini agar memperoleh pemahaman yang baik dan jelas.










DAFTAR KEPUSTAKAAN


Fatmawati Sukesti. Analisis Penggunaan Balanced scorecard sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja pada Universitas Muhammadiyah Semarang (2010, ISBN : 978.979.704.883.9)
Friska Sipayung. Jurnal Manajemen Bisnis (Balanced Scorecard). Vol. 2 No. 1 Januari 2009
Imelda. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 6 No 2 :Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik (November, 2004)
Johannes. Jurnal Balanced Scorecard Konsep dan Aplikasi dalam Strategi Perusahaan. (Juli : 2009)
Krismiadji. 2002. Dasar Dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : (AMP YPKN)
M. Taufiq Amir. 2011. Mnajemen Strategi Konsep dan Aplikasi. (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada)
Mathius Tandiontong. Jurnal Riset Akuntansi Vo. III No. 2 : Pengaruh Efektifitas Penerapan Metode Balancedcorecard dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Oktober 2011)
Mowen, Hansen. 2003. Managenent Accounting. (Jakarta : Salemba Empat)
                            2001. Manajemen Biaya Edisi Bahasa Indonesia Buku Dua Edisi pertama (Jakarta : Salemba Empat)
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard. ( Yogyakarta : UMG: Salemba Empat)
Supriyono. 2001.  Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi kedua (Yogyakarta : BPFE)
Ummi Pratiwi. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Balanced Scorecard dan Manajemen Strategik. Oktober 2010, Volume 11 Nomor. 2. 
Veithzal Rivai. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar